Toni Buzan, seorang pakar pendidikan, mengungkapkan hasil penelitian yang dilakukannya selama 30 tahun tentang asosiasi siswa terhadap kata "belajar". Ia menemukan kata atau konsep, yaitu: membosankan, ujian, pekerjaan rumah, buang-buang waktu, hukuman, tidak relevan, penahanan, idih, benci, dan takut.
Nah, bila suasana yang terbentuk sudah seperti itu, jangan berharap materi pelajaran bisa dipahami secara optimal. Menyikapi kondisi seperti itu, tidak ada opsi lain, sesungguhnya belajar haruslah menyenangkan! Ada korelasi positif antara situasi belajar menyenangkan dengan hasil belajar. Analoginya, jika pelajar senang dan serius menerima pelajaran yang disampaikan pengajar dengan suasana menyenangkan dan rileks, maka potensi untuk menyerap materi-materi itu tentu lebih besar ketimbang dalam suasana membosankan.
Suasana menyenangkan dan rileks itulah sesungguhnya faktor penting dalam sebuah kegiatan belajar. Para ahli berkata seseorang akan mampu melakukan lompatan lebih jauh ke dapan dalam kegiatan belajar yang rileks daripada dalam suasana yang tegang. Hasil penelitian pendidikan pada dekade terakhir pun mengungkapkan bahwa belajar akan efektif, jika pembelajar dalam keadaan gembira, nyaman, dan rileks. Keadaan tersebut telah terbukti memberikan efek yang luar biasa terhadap capaian hasil belajar peserta didik. Bahkan potensi kecerdasan intelektual yang selama ini menjadi primadona sebagai penentu keberhasilan belajar, ternyata tidak sepenuhnya benar. Kecerdasan emosional telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap efektivitas pembelajaran di samping kecerdasan intelektual.
Sesungguhnya, kegembiraan dan kesenangan dalam belajar dapat diciptakan melalui banyak cara. Tergantung kreatifitas elemen-elemen pembelajaran yang bersangkutan. Hal terpenting tentu saja ada pada sebuah pertanyaan, apakah ada kemauan untuk membuat kegiatan pembelajaran menjadi menyenangkan atau tidak? Bila kemauan sudah ada, nisacaya jalan pun terbentang. Kreatifitas pun datang dan menjelmalah kegiatan pembelajaran yang menyenangkan! Metode "bermain sambil belajar" adalah salah satu dari sekian banyak metode yang ditawarkan untuk membuat kegiatan belajar menjadi menyenangkan
BERMAIN SAMBIL BELAJAR
Bermula dari TK, siswa terlihat bahagia. Mereka bisa melakukan aktivitas yang disukainya dengan cara yang menyenangkan. Mereka bisa belajar sambil bermain, sambil tertawa, bahkan bisa tidur siang bersama. Selepas TK, proses dan metoda belajar di sekolah lebih serius. Guru-guru pun mulai bertampang dan berprilaku serius. Tidak ada lagi bermain sambil belajar. Materi pelajaran semakin dan bahkan terlampau berat. Beban mereka pun semakin berat. Akibatnya, jangan heran, ketika bel pulang berbunyi....Horee...! Lepaslah semua beban yang ada. Ya...sekolah ternyata menjadi sebuah beban! Padahal sejatinya kata "sekolah" sendiri berasal dari kata "scholae" yang bermakna bersenang-senang/bermain-main.
Bermain bagi anak-anak, sama pentingnya dengan bekerja bagi orang dewasa. Ketika bermain, orang dewasa, terlebih anak-anak, akan mendapatkan pengalaman dari proses bermainnya tersebut. Pengalaman yang diperolehnya kelak akan menambah dan mengembangkan pengetahuannya. Bukankah hal tersebut sesuai dengan pepatah "pengalaman adalah guru yang terbaik?". Dalam situs www.kompas.com, para pakar perkembangan anak menemukan 5 bukti ilmiah dari manfaat bermain, di antaranya: berperilaku lebih baik, mampu bekerja dalam tim dan berempati, banyak bergerak dan aktif, meningkatkan kemampuan belajar, dan membuat gembira.
Selain bermain sambil belajar, para ahli pendidikan menawarkan beragam opsi metode untuk menciptakan suasana menyenangkan dalam kegiatan pembelajaran. Di antaranya adalah dengan pengoptimalan media musik seperti tampak dalam Metode Sugestopedia dan Kuantum Learning, pengoptimalan media komputer dan animasi, pengoptimalan suasana dengan humor, permainan, bermain peran, dan metode-metode lainnya yang sengaja dikembangkan tentu saja, membuat kegiatan pembelajaran semakin menyenangkan.
0 komentar:
Posting Komentar