Belajar dan bermain adalah dua hal yang saling berkaitan satu sama lain.
Jika melihat jauh kebelakang, dalam permainan tradisional terdapat
banyak pembelajaran yang bisa diambil. Menurut Mohammad Zaini Alif dari
Komunitas Hong, lewat permainan tradisional yang sederhana dan dekat
dengan alam, anak-anak diberi jalan untuk mencari tahu. Permainan
tradisional menjadi media untuk transfer ilmu pengetahuan hidup dari
generasi lalu ke generasi yang akan datang. Terdapat 3 unsur inti
pembelajaran dalam permainan tradisional yaitu ke sesama manusia,
lingkungan dan Tuhan sebagai manifesto spiritualisme.
Seiring kemudian muncul sekolah yang dikembangkan oleh para pendatang
ke Indonesia dengan pemilahan sekolah inlander dan sekolah pribumi,
permainan tradisional pun mengalami sedikit demi sedikit penyusutan.
Walaupun di beberapa daerah kegiatan permainan tradisional ini masih
dilakukan oleh anak-anak sekolah saat jeda istirahat. Mereka memainkan
dengan suasana yang ceria diluar pelajaran. Dari sinilah kemudian
menjadi tersekat antara pelajaran dan permainan. Sekat itu yang kemudian
menggiring opini terdapat perbedaan mendasar dalam belajar dan bermain.
Sejatinya jika melihat ke permainan tradisional, justru bermain itulah
yang menjadi media pembelajaran. Tidak ada sekat antara belajar dan
bermain. Opini yang berkembang dengan mensekat definisi bahwa belajar
adalah sesuatu yang serius, statis, dan duduk di dalam kelas. Sementara
bermain ada sesuatu yang tidak serius, dinamis, dan dilakukan di luar
ruangan.
Inilah yang kemudian menjadikan sekolah menjadi sesuatu yang
membosankan karena membatasi ruang gerak anak-anak. Padahal, kegiatan
utama pada masa anak-anak adalah bermain. Mereka belajar pada saat
bermain, mereka mencerna setiap pesan yang kemudian menjadi bekal ketika
dia dewasa. Dalam pemikiran anak-anak bisa jadi sebenarnya pendidikan
tentang rumus, matematika, sosial, dan budaya terkandung sangat dalam di
setiap permainan.
Saat sekarang yang bisa dilakukan salahsatunya mengubah mindset bahwa
bermain itu sama dengan belajar. Demikian pula ketika belajar itu sama
dengan bermain. Jika demikian terjadi saya yakin belajar bukan lagi
sesuatu yang membosankan, belajar akan menjadi sangat menarik
sebagaimana anak-anak bermain.
0 komentar:
Posting Komentar